Sabtu, 23 Oktober 2010

Hebat! awesome

0 komentar
Hebat! Fahma Waluya Juara Lomba Cipta Software Asia Pasifik
ist
Fahma Waluya pelajar SD dari Bandung menjadi juara cipta softwire tingkat Asia Pasifik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Pelajar Indonesia bernama Fahma Waluya (12) dan adiknya Hania Pracika (6) memecahkan Rekor Lomba Software APICTA (Asia Pacific ICT Alliance Awards) Internasional. Kakak beradik tersebut menjadi peserta termuda yang meraih juara (winner) APICTA Awards internasional yang diadakan sejak tahun 2001.

Kementerian Kordinator Kesejahteraan Rakyat melansir kedua anak bangsa ini, mendapatkan apresiasi tinggi dari tim juri dan memperoleh skor tertinggi.

Software buatan Fahma Waluya Rosmansyah, siswa SD Cendekia Bandung dan adiknya mengalahkan karya dari 16 negara pesaingnya. Untuk runner up diraih SpringGrass karya Chung Hwa Middle School BSB (Brunei), Auto Temperature Descension Device by Solar Power karya Foon Yew High School (Malaysia), SimuLab karya Pamodh Chanuka Yasawardene (Srilangka) dan Destine Strategy karya Rayongwittayakom School (Thailand)

Untuk diketahui, bahwa karya mereka sendiri adalah kumpulan program game edukasi sederhana yang dibuat menggunakan Adobe Flash Lite untuk ponsel Nokia E71 dengan judul "My Mom's Mobile Phone As My Sister's Tutor" (Ponsel Ibuku Untuk Belajar Adikku).

APICTA diikuti oleh 16 negara antara lain Australia, Brunei, China, Hong Kong, India, Indonesia, Korea, Macau, Malaysia, Myanmar, Pakistan, Filipina, Singapura, Sri Lanka, Thailand dan Vietnam. (*)

sumber :http://www.tribunnews.com 

ROBOT BUATAN INDONESIA

0 komentar
i

KARYA ANAK BANGSA

Hebat gan!!! Ternyata Indonesia menang olimpiade robot di Amerika!!!

Belum lama ini Unikom memimpin delegasi kontingen Indonesia dalam serangkaian kontes robot internasional di Amerika Serikat gan! Dalam salah satu gelaran di AS, robot dari Unikom berhasil mengharumkan nama Indonesia.

Sukses di arena global agaknya tak membuat Unikom meremehkan lawan-lawannya di kelas regional. Hal itu ditunjukkan dalam Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI) Regional II yang digelar di Politeknik Negeri Bandung (Polban).

Hasilnya, dari semua kategori yang dipertandingkan di KRCI, Unikom meraih piala. Sedangkan untuk Kontes Robot Indonesia (KRI), yang digelar pada saat yang sama, Unikom tidak mengirimkan wakilnya.

Dalam kontes ini, Unikom mengirimkan 3 tim yaitu tim divisi senior beroda yang terdiri dari Wahyu Eko Prasetyo dan Adi Heryadi. Kemudian tim divisi senior berkaki yang terdiri dari Cucu Herlina dan Galih Tias R M. Dan terakhir adalah tim divisi battle yang terdiri dari Rizal Pratama Septiawan, Irwan Suryawan dan Ridian Ardian. Semuanya dari jurusan Teknik Komputer.

Dan akhirnya gan, ketiga kategori yang berhasil dimenangkan oleh Unikom adalah KRCI Berkaki dengan robot DU 116, Beroda dengan robot robot 114-v10 dan Battle dengan robot DU 99.


Gimana gan, kita patut bangga ama Indonesia karena Indonesia bisa menangin olimpiade robot di Amerika!!











 sumber :http://www.kaskus.us

Anak Indonesia

0 komentar
Setiap kali pulang dari bepergian seusai liburan, akuarium Sayyidathu Thifal Atqiyya (16) selalu kotor dan terkadang ikannya mati karena tak terurus. Itu pula yang dialami Zuraidah Hanifah (15).
Setelah berpikir panjang mencari solusi, kedua siswi sekolah-rumah (homeschooling) Madrasah Techno Natura, Depok, itu akhirnya membuat simulasi robot ekosistem yang bisa mengatur kelembaban udara, daratan, dan temperatur air di akuarium.
”Oleh karena itu, ia kami namakan robot ekosistem atau Eco-Bot. Ide awalnya sederhana, ya, bermula dari masalah akuarium itu. Kami kemudian mencari cara gimana biar akuarium enggak kotor lagi kalau ditinggal pergi,” kata Thifal, siswa sekolah-rumah yang kini duduk di bangku sekolah setara kelas II SMA itu, sambil tersenyum.
Meski tak persis sama, Leuan Andalver Noble dan Habib Adib Wahono—keduanya juga siswa sekolah-rumah Techno Natura—memiliki pengalaman relatif serupa dengan masalah yang dihadapi Thifal dan Zuraidah. Lantaran setiap kali hendak memakai teleskop di sekolah harus bergantian dengan teman lain, Leuan dan Adib kemudian berpikir untuk membuat teleskop robotik (T-Bot).
”Maklum, teleskop milik sekolah mereka terbatas,” kata Leuan Andalver.
Guna mengatasi keterbatasan itu, mereka lalu membuat teleskop robot yang dihubungkan dengan laptop. Dengan begitu, para siswa tidak perlu saling berebut atau harus bergantian mengintip obyek melalui lubang teleskop. Dengan T-Bot yang mereka buat hanya dalam waktu dua minggu tersebut, para siswa akhirnya bisa sama-sama melihat hasil ”bidikan” teleskop yang ”dipancarkan” melalui layar laptop. Meski belum sempurna, gerakannya masih relatif kasar, satu langkah besar sudah mereka tancapkan.
aku anak indonesia

Impian Eco-Bot
Thifal dan Zuraidah memakai media terarium (biosfer buatan paling alami karena fungsi biologis yang terjadi mirip dengan di alam) untuk menyelesaikan masalah perawatan akuarium. Terciptalah miniatur ekosistem tertentu, seperti ekosistem danau dan sungai lengkap dengan daratannya.
”Kami atur temperatur atau kelembaban udara, daratan, dan volume air dengan robot yang dipasangi sensor,” tutur Zuraidah, yang duduk di bangku sekolah setara kelas III SMP itu.
Semua pengaturan dilakukan otomatis oleh robot dengan bantuan sensor yang dipasang di beberapa titik. Jika, misalnya, kondisi air terlalu panas dan dideteksi sensor, robot akan menghidupkan kipas angin untuk mendinginkan airnya. Sebaliknya, jika udaranya terlalu kering, robot akan mengeluarkan uap air.
Proyek Eco-Bot ini baru tergarap 80 persen dan sempat terbengkalai karena Thifal dan Zuraidah sibuk belajar pelajaran lain. Paling tidak, menurut mereka, perlu waktu 4-6 minggu untuk menyelesaikan Eco-Bot dalam akuarium berukuran 1 meter x 1 meter.
Keduanya yakin, jika menggunakan teknologi yang kian canggih, Eco-Bot yang lebih canggih bisa dibuat untuk kepentingan lebih luas. Taruhlah seperti untuk digunakan di kebun binatang. Bahkan, Thifal punya impian Eco-Bot bisa dipakai untuk mencegah kepunahan ekosistem atau bencana tanah longsor.
Keempat siswa Techno Natura itu berkesempatan memamerkan proyek robot mereka bersama delapan siswa dari dua SMA di Jakarta (SMA Negeri 28 dan SMA Labschool) ketika berbincang santai dan akrab dengan 12 siswa di California, Los Angeles, AS, melalui digital video conference (DVC) dengan jaringan satelit, akhir April lalu, di Kedutaan Besar AS, Jakarta.
Dalam kegiatan yang diselenggarakan Departemen Pendidikan Amerika Serikat dan Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) itu, para siswa bertukar informasi dan pengalaman menggarap proyek robotik hingga ngobrol hal-hal ringan, seperti makanan favorit dan hobi masing-masing.
Kegiatan DVC ini, kata Direktur Komunikasi Strategis dan Direktur Bidang Pendidikan Pusat Penelitian Penerbangan Dryden milik NASA John R O’Shea, termasuk langkah awal untuk mengeksplorasi peluang kerja sama AS-Indonesia melalui bidang sains dan teknologi. ”Semoga kita bisa kontak terus untuk menindaklanjuti kemungkinan melakukan proyek robotik bersama,” ujarnya.
Bagi David E Alexander, Koordinator NASA Digital Learning Network untuk Pusat Penelitian Penerbangan Dryden-NASA, berbagi pengalaman antarsiswa penting untuk membuka kesempatan dan wawasan agar siswa termotivasi mewujudkan impiannya melalui sains dan teknologi. ”Pesan NASA untuk anak-anak, salurkan bakat dan potensi yang ada dan bekerja keraslah. Hanya itu satu-satunya cara mewujudkan impian,” ujarnya

Rabu, 20 Oktober 2010

foto keren

0 komentar
inilah tampang seorang imajination..''

kreatifitasmu akan diuji disini.....

untuk melihat bagaimana saya membuatnya,, tunggu postinganku berikutnya...
 

Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com